Selasa, Desember 21, 2010

Yang Tersisa dengan Pattingaloang

Jalan berlumpur. Pohon-pohon yang tumbuh rindang dan rumah adat yang tak terawat. Somba Opu begitu saya melihatmu dalam keadaan yang tergerus, merintih, dan terabaikan.

Awal Desember 2010, begitu ketika saya menyapamu dengan lelehan lumpur yang melengket di ban motor. Truk-truk pengangkut bahan galian, suara-suara mesin gerinda, pecikan cahaya las, dan adukan-adukan semen. Saya ketakutan.

Sabtu, November 20, 2010

Bencana yang Berdiam Diri


Pada Maret 2010, di jalan menuju kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Malino dan melewati bendungan Bilibili, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan cukup menanjak. Hamparan gundukan bukit membentang, tapi tak ada pohon besar, lahan hutan berubah fungsi menjadi kebun dari jagung, wortel, kol dan tanaman sayur lainnya.

Pengamat Bendungan Bilibili, Muhammad Yunus memandang dari tempatnya berdiri. Dia menunjuk dengan telunjuk kananya sekeliling kawasan yang luasnya 16,5 kilometer persegi. Dia berhitung potensi longsoran lumpur yang akan memasuki kawasan DAM Biibili tiap hujan turun. “Di bawah permukaan air DAM itu, potensi lumpur sudah mencapai 70 juta kubik,” katanya.

Kamis, Juli 15, 2010

Raden Saleh Samadengan Diponegoro

Peringatan 200 tahun Raden Saleh. Menelusuri kembali ontentisitas karya lukisan legendaris yang kini tidak terawat dengan baik.

LUKISAN itu berdiri tegak di ruang utama Istana Bogor dengan tiga tiang, mirip penyangga papan tulis di sekolahan zaman dulu. Dihiasi bingkai berwarna emas, membuatnya terlihat berat dan agung. Sebuah pembatas disediakan untuk memisahkannya dengan pengamatan pengunjung. Serta seorang petugas dengan baju hitam dan celana kain hitam yang licin selalu memberi teguran bila seseorang mendekati apalagi akan memotretnya.

Selasa, Juni 29, 2010

Cinta Gelap Rafflesia

Warnanya tak lagi mencolok mata dan keadaanya seperti seorang tua yang pesakitan. Sendiri dan terkulai, renta dan mulai hancur. Ini adalah hari ke empat si Tambun menampakkan kecantikannya. Dia hanya butuh tiga hari menyapa dengan ramah, lalu mati begitu saja.

Atas Nama Sawit, Berkatalah Tidak

Alam memberikan ribuan hektare berkah tanah yang subur untuk warga Kwantan Sengingi di Provinsi Riau. Dengan berkah itu mereka hidup damai dan rukun. Tapi bertahun-tahun kemudian sawit datang lalu menebar harapan. Dan semua sirna.   

Senin, Juni 14, 2010

Rabu, Mei 26, 2010

Garis Akhir Kisah

Tahun 2003, di sebuah kampus kecil di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Makassar, saya bertemu dengan seorang perempuan. Tak cantik, tak tinggi seperti perempuan ideal yang selalu didambakan laki-laki. Tapi dia baik, dia ceria dan menyenangkan.

Kamis, Mei 20, 2010

Bagaimana, HAM untuk Teroris

Rabu, 12 Mei suasana di jalan Letjen Soetoyo, Kelurahan Cawang, Jakarta Timur sekitar pukul 12.00 cukup lengang. Tukang ojek dan para penjaja makanan lagi sibuk mengisi perut. Tiga orang pria mengenakan baju kaos putih lalu lalang di depan sebuah warung kopi. Seorang dari mereka membawa bungkusan dari karung dan sebuah tas pinggang kecil.

Senin, April 19, 2010

Demam Rumput Laut

Tahun 2004, nelayan kecil, petani jagung, hingga petani padi tiba-tiba membelokkan usaha mereka dan menekuni usaha baru. Menjadi petani rumput laut. Laut-laut lepas di sepanjang pantai berubah menjadi kapling seperti keadaan di darat, petani kecil dan kurang kuat akan menyewa lahan hingga Rp9 juta sesuai luas bentangan.

Jumat, April 02, 2010

Sabtu, Maret 20, 2010

Melukis dengan Tanah Air










Zaenal Beta punya sebuah mimpi. Ia ingin mengumpulkan seluruh tanah liat di Indonesia, kemudian mengabadikannya di atas kanvas dan membuat pameran lukis dari tanah airnya sendiri.

Rabu, Maret 17, 2010

Pesta Airmata

Tanpa jeda. Mulai pagi hingga malam hari, sejak Rabu 3 Maret hingga Jumat 5 Maret, demonstrasi mahasiswa tak pernah surut. Tak ada kata redam, mahasiswa terus berteriak dan berorasi. Hingga gas air mata memaksa mereka berlari.

Kamis, Maret 11, 2010

Sebuah Perkenalan

Setelah berbulan-bulan mendamba-damba hingga terbawa ke mimpi, akhirnya pada Rabu 10 Maret 2010, saya memilikinya. Rasanya nyaman sekali, memeluknya, menciumnya, hingga membawanya kemana-mana. Dia tak protes, selalu tidak bergerak dan mengikuti semua kemauanku. Terkadang saya membenamkannya dalam gaya tengkurap atau bahkan kudekapkan di paha.

Rabu, Februari 17, 2010

Daeng Mille Kumisnya Seperti Pak Raden



Ada orang kumisnya, tebal. Panjang sampai pipi. Seperti pak Raden, pokonya lebih panjang dari kumisnya bapak. Sudah tua. Namanya Daeng Mille. Dia suka main kecapi, itu'e seperti gitar tapi lebih kecil. Tapi kecapi itu tidak ada lubangnya yang bundar seperti gitar.

Senin, Januari 18, 2010

Lelucon Awal Tahun

Seorang berperawakan kecil itu memberikan sambutan dengan tangan begoyang sesuai intonasi bicaranya. Terkadang tangannya mengepal, atau jarinya mengeras dan kaku. Atau juga tangannya bergoyang maju mundur, seperti seterika sekali dua kali dan tiga kali untuk mengaskan sesuatu. Lalu tertawa. “Begitu caranya kalau mau ambil keputusan,” katanya.

Dia punya kumis tipis. Namanya Jusuf Kalla, mantan Wapres dan sekarang Ketua Palang Merah Indonesia. Ini kali pertama saya melihat dia berpidato dalam jarak dekat. Lucu juga memperhatikannya, bajunya yang seperti kelonggaran, atau model rambutnya yang khas jaman dulu.

Senin malam itu, pada 18 Januari 2010, dia menghadiri acara bedah buku Mereka Bicara JK di wisamanya sendiri. Sebuah wisma yang cukup mewah, tingginya 70 meter dengan 15 lantai, di Jalan DR Ratulangi Makassar.

Menonton JK berpidato cukup menghibur ternyata